Nembe diunggahke.
Tenggo sekedap.

Menu

Ruang Baca

Memahami Aku

Print Email
(1 Vote)
Memahami Aku

Diawali dengan potongan-potongan pengertian atau pemahaman yang nampaknya seperti puzzle. Dan akan bermanfaat lebih bila di olah lagi agar memiliki pemahaman baru yang lebih luas.
Apa yang sudah diketahui ? kurang lebih seperti ini:

  1. Semua materi apabila di potong sampai ukuran terkecil akan menghasilkan materi yang sama, yaitu quark. Di dalamnya hanya ada energi yang bergetar, dengan panjang gelombang yang berbeda yang disebut quantum. Jadi yang menjadikan materi dalam realitas terlihat berbeda bentuknya adalah adanya perbedaan getarannya. Karena semua sama, berarti dalam alam semesta semua tersusun oleh materi yang sama, namun memiliki getaran yang berbeda.
  2. Dimana posisi aku dalam materi yang terlihat sebagai orang/manusia. Oke... dimulai dengan pertanyaan apakah ketika tangan hilang akunya masih ada....? jawabnya masih. Apakah bila kaki hilang, akunya masih...? jawabnya masih. Bahkan ketika operasi organ tubuh bagian dalam sedang berlangsung, misal dengan membawa keluar jantung untuk diganti dengan yang baru... akunya tetap masih ada. Lihat saja ketika operasi berjalan dengan baik sehingga orangnya masih hidup... maka pada saat jantungnya berada diluar tubuhpun akunya masih... Berarti aku bukan organ tubuh atau materi. Jadi aku lebih dari sekedar kumpulan kulit, daging, tulang, cairan, udara, dll. Aku ini adalah substansi yang lebih tinggi yang menjelma secara fisik menjadi tampak seperti ini (lihat cermin). Tampaknya “aku” juga yang mengendalikan semua gerakan, misalnya seperti sel-sel tubuh membelah diri, kebelet, bernafas, penyembuhan luka dll. Oleh karenanya “aku” adalah sebuah kekuatan super yang berkerja otomatis, bahkan ketika kita menggerakkan tangan sekalipun... rangkaian perintah diterjemahkan melalui syaraf otot yang kemudian tampak bergerak. Hebatnya semua kerja itu tidak tampak / terlihat oleh mata. Dan apakah “aku” kesulitan menjalankan itu semua. Tampaknya tidak... semua mudah. Jadi, mengapa kita sering merasa ada yang tidak mudah... apa sebabnya...?. Ach... itu kan dilihat secara internal (dalam tubuh saja)... bagaimana dengan interaksi dengan eksternal?, apakah aku juga bergerak otomatis...? OK, coba saja lihat bagaimana kebutuhan oksigen itu masuk ke tubuh, apakah udara mesti dipaksa agar masuk? Tampaknya tidak.. hingga sangat terlihat bahwa udara yang diluar tubuh dengan mudah menjadi bagian kehidupan kita dan mau masuk untuk membakar karbohidrat yang ada dalam tubuh.
  3. Jadi, sesungguhnya, kehidupan itu mudah. Lihat pohon.... dia juga tumbuh begitu saja... tak ada paksaan (yang memaksa tumbuh). Juga lihat pertumbuhan kita mulai dari embrio, bayi, anak-anak, remaja, tua, selalu tumbuh begitu saja, juga tanpa paksaan, bergerak begitu saja. Saking mudahnya pertumbuhan dalam kehidupan, hingga kita perlu menciptakan pandangan / persepsi / tindakan tentang hidup yang sulit. Saking mudahnya hingga kita membuat kesulitan sendiri, agar hidup nampak menantang, berat, sulit, rumit, mengesalkan, melelahkan, dll. Coba saja renungkan... mengapa kita mengira sesuatu itu sebuah kesulitan dan cek ke orang lain adakah orang lain yang memandang sebaliknya?. Biasanya ada. Hebat kan...? Ingat kata bijak Shakespeare “Tidak ada yang baik atau buruk kecuali pikiran membuatnya demikian”. Pada dasarnya hidup itu mudah (bentuk aslinya mudah), hingga kita membuat kesulitan sendiri dengan pikiran kita. Jadi dengan demikian, pikiran kitalah yang menilai sesuatu adalah sebuah kesulitan. Boleh disebut juga bahwa sesuatu yang buruk ataupun sesuatu yang baik itu hanya sepikiran jauhnya.
  4. Aku, suatu sebutan yang dipakai oleh saya untuk menyebut diri saya sendiri, juga oleh orang lain serta oleh Tuhan ketika menyebut diriNya sendiri. Meskipun hanya kata, namun menurut pandanganku, hal ini memiliki makna yang dalam. Aku bisa dipahami melalui dua cara: a). Aku pertama, yaitu aku yang masing-masing terpisah atau berdiri sendiri atau aku saya tak terhubung dengan aku orang lain, apalagi dengan Tuhan; b). Aku kedua, yaitu aku yang memiliki keterkaitan satu sama lain, sehingga masing-masing terhubung. Pemahaman aku pertama tampaknya menjadi pengertian umum sedangkan pemahaman yang kedua menjadi hal baru yang sepertinya tidak mudah untuk dimengerti dan biasanya ketika pemahaman belum sampai, akan menimbulkan reaksi penolakan, misalnya dengan pertanyaan: “Kok bisa?”;”Mana mungkin?” dll, disertai rasa tidak enak dihati. Dan saya berpikir bahwa flora dan fauna bahkan benda matipun akan menyebut dirinya sendiri dengan “aku”. So.... selanjutnya bagaimana?. Kemungkinan  terbesarnya adalah ketika aku dipahami melalui sudut pandang pertama maka akan diikuti pengertian egois atau mementingkan diriku masing-masing secara dangkal, sedangkan ketika aku dipahami dengan cara kedua (lebih dalam), maka akan diikuti oleh perilaku empatik yang saya kira itu merupakan bentuk asli kehidupan, yaitu ada saling keterkaitan satu sama lain.

Jadi, pelajaran apa yang dapat diambil dari keempat hal diatas?. Mungkin seperti ini :
Adakah yang bisa dipadukan dari potongan pengertian diatas? Barangkali seperti ini: 
Sepantasnyalah jika “aku” ini hebat, sehingga memungkinkan setiap “aku” untuk menemui kehidupan dengan mudah, karena terhubung dengan semua resourcess yang berada pada level kuantum. Bagi orang-orang seperti saya yang masih mengira bahwa kehidupan itu tidak mudah, bahwa untuk menaikkan taraf kehidupan seperti yang diimpikan itu tidak mudah... (dll, sebut saja sendiri)... perlu berpikir ulang. Ingat... bahwa situasi yang disebut baik atau buruk adalah produk pikiran. Dengan kata lain, untuk situasi yang sama, dapat dipandang sebagai situasi yang baik oleh seseorang dan dipandang sebagai situasi yang buruk oleh orang lainnya.

Karena semestinya hidup ini mudah, dan dari sononya memang didesain demikian, maka setiap “aku” memiliki kekuatan hebat dan selayaknya mampu mewujudkan apapun bentuk pertumbuhan kehidupan yang bisa dipikirkan untuk dijalani. Karena “aku” terhubung dengan semua, hingga semua (seluruh penghuni semesta) akan membantu mewujudkan impian kita. Satu-satunya penghambat adalah pikiran kita yang mengatakan hidup itu tidak mudah.

Maka segeralah mempunyai pikiran tentang kemudahan kehidupan. Lalu caranya bagaimana... ya.... mulailah berpikir bahwa hidup itu mudah, dan pikirkan hal itu terus menerus. Boleh juga disertai ucapan. Sampai kapan... sampai dapat ... sampai bisa, sampai kita menyaksikan bahwa kehidupan ini mudah adanya. 
Mudah-mudahan bermanfaat...

about author

 

 

post a comment

Make sure you enter all the required information, indicated by an asterisk (*). HTML code is not allowed.