Nembe diunggahke.
Tenggo sekedap.

Menu

Ruang Baca

HomeLain-lainRuang BacaTerus Memberi Kapan Menerima (sebuah dialog dengan diriku)
HomeLain-lainRuang BacaTerus Memberi Kapan Menerima (sebuah dialog dengan diriku)

Terus Memberi Kapan Menerima (sebuah dialog dengan diriku)

Print Email
(1 Vote)

Memberi terus dan kapan menerima?

Motif ini muncul karena adanya keyakinan yang membatasi yang berasal dari konsep kekurangan. Keyakinan ini muncul karena kita berfokus pada kondisi fisik yang menyatakan bahwa bila kita memberi, maka milik kita (fisik) akan berkurang jumlahnya. Contohnya uang yang ada dalam dompet dan dipakai untuk beli, secara indra fisik kita ambil uang itu dan nampak berkurang. Yang perlu  diperhatikan adalah bahwa dompet itu selalu (otomatis) terisi kembali, meskipun kita masih memiliki keyakinan yang membatasi. Itulah kerja semesta yang penuh kasih bahkan ketika kita masih punya keyakinan yang membatasi.

Jadi .... apa yang terjadi bila memiliki keyakinan yang memberdayakan? Yaitu keyakinan seperti “bila memberi kita otomatis menerima”, pastinya dompet akan diisi lebih banyak lagi. Contoh ketika kita memberikan jasa Pegawai maka kita menerima  gaji sebagai Pegawai. Ketika ada yang pertanyaan : nyatanya ada yang memberikan jasa tapi nggak dibayar. Disamping persentasenya pasti sangat kecil (bisa disebut masih berfokus pada kekurangan), kondisi ini hanya berarti ..... saatnya untuk belajar memahami yang sebenarnya terjadi.

Contoh lain : soal memberi cinta, cinta hanya akan menyakitkan ketika kita menggenggam keyakinan yang memberi kita perspektif terbatas atas diri kita (keyakinan yang membatasi). Pengertian selanjutnya adalah bahwa ketika memberi terus maka cinta kita akan habis, jadi harus juga memintanya. Cinta yang menyakitkan hampir selalu berlandaskan emosi negatif, yang artinya bersyarat (karena perspektif yang terbatas), sehingga cinta manusia sering fluktuatif, bahkan berumur pendek misal: kondisi tertentu terpenuhi atau ketika beberapa aturan pribadi dipatuhi, tergantung persetujuan, rasa hormat, ke-saling-an, penghargaan, dll. Jadi cinta seperti itu dilandaskan atas materi dan kondisi waktu serta ruang, bukan atas jiwa yang menggerakkannya. Akan tetapi dengan mendahulukan jiwa, kita dapat melihat dan masuk ke cinta yang abadi, penuh kasih, menginspirasi, memaafkan, antusias, dan benar-benar tidak berlandaskan emosi negatif (tanpa syarat). Selaras dengan diatas maka ketika memberikan cinta dengan pemahaman yang lebih dalam maka otomatis kita menerima cinta (saya pikir salah satu contoh sempurna adalah salah satu iklan teh).

Memahami konsep memberi, tentu saja bisa dipakai dalam hal peristiwa memberi apapun, misal memberi perhatian, kebaikan, kinerja, senyuman dan hal-hal baik lainnya.

about author

 

 

post a comment

Make sure you enter all the required information, indicated by an asterisk (*). HTML code is not allowed.