Perubahan Strategis Itu, Ada Dalam Diri Kita
Print EmailSejarah membuktikan bahwa kualitas Sumber Daya Manusia merupakan faktor determinan ( penentu ) tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa. Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, China dan sederet negara maju lainnya yang kekayaan alamnya tidak melimpah seperti negara kita Indonesia, saat ini menjadi negara adidaya yang diperhitungkan di kawasan Asia bahkan Dunia.
Sejarah juga telah mencatat, Jepang pernah diluluhlantahkan oleh Bom Atom. Infra dan supra struktur hancur, tetapi dalam kurun waktu tidak lebih dari lima puluh tahun, negara tersebut bangkit menjadi Negara Maju dan bermartabat. Rakyat Jepang punya semboyan “ harta benda ( tangibles ) boleh hancur tetapi jiwa dan semangat ( intangibles ) tidak boleh luntur “.
Mereka dan kita sama, sama-sama ciptaan Tuhan, sama-sama dikarunia jiwa dan raga, sama-sama diberikan kesempatan 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu. Lalu .....? apa yang membedakan !!! ternyata kekuatan jiwalah yang membuat mereka seperti yang kita lihat hari ini : sejahtera, maju, sukses dan bermartabat.
Mereka lebih fokus dalam mengelola harta nirwujud ( intangibles ) dengan sempurna. Kekuatan jiwa atau tata nilai sudah menjadi bagian dari kehidupan keseharian, antara lain: visi, kecerdasan, motivasi tinggi, hati yang tulus, kerja keras, terencana, disiplin, ulet, dan pemberani.
Bagaimana dengan keseharian kita ? Kita menyadari, sejak dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi sudah familiar dengan tata nilai itu, tetapi sayangnya pemahaman kita terhadap tata nilai, baru dalam tataran konsep dan teori, petuah dan nasehat guru kita sikapi tidak lebih dari sekedar wacana dan mungkin sampai detik ini pun kita masih enggan untuk mengimplementasikan tata nilai tersebut dalam perilaku sehari-hari.
Ambil contoh masalah disiplin, masih menjadi persoalan yang sangat serius pada karakteristik perilaku masyarakat kita. Beberapa pengabaian terhadap aturan ( baik tertulis maupun tidak tertulis ), tidak mau antre, parkir tidak pada tempatnya, membuang sampah sembarangan dengan mudah dapat kita saksikan dan jumpai.
Kenyataan inilah yang harus kita pahami bahwa karakter tidak dapat diperoleh hanya dengan angan-angan ( wacana ) melainkan dengan langkah kongkrit dan konsisten.
Hal lain yang membuat kita sulit berubah adalah sikap yang selalu mendahulukan atau menuntut hak dari pada melaksanakan kewajiban ( mental block ), ke’akuan’ diri ( ego ) yang merusak serta tidak berani melangkah karena takut salah.
Hijab atau tabir inilah yang mestinya mulai detik ini harus kita singkap. Setiap gerak dan langkah kita, tentu memiliki faktor pemicu yaitu keinginan, harapan dan cita-cita. Orang bijak mengatakan bahwa kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang, karena itu keunggulan bukanlah suatu perbuatan melainkan kebiasaan.
Kebiasaan yang baik, sesederhana apapun harus kita biasakan dan laksanakan. Misalnya selalu berprasangka baik kepada setiap kejadian, bangun pagi dengan bersemangat, disiplin berlalulintas, melaksanakan aktivitas sesudah sholat subuh ( bagi yang beragama Islam ) ataupun memanfaatkan waktu sore dengan membaca buku, menyapu halaman, membantu pekerjaan suami/istri, berolah raga, beternak, bertani, berkebun, menekuni sektor riil dll.
Akhirnya, mau cepat ataupun lambat perubahan strategis itu bergantung pada diri kita. Ingat bahwa reputasi tidak dibangun dengan promosi, melainkan dengan mengerjakan hal yang baik secara berulang-ulang, kualitas dan fokus terhadap tata nilai. Kesuksesan adalah sebuah keniscayaan yang selalu diinspirasi oleh yang bervisi, dimulai oleh yang cerdas, digerakkan oleh yang bermotivasi dilaksanakan dengan hati yang ikhlas, dilalui dengan kerja yang tuntas, dicapai dengan perencanaan yang matang, dimiliki oleh yang punya keyakinan serta dimenangkan oleh yang berani. Jadi beranilah berjuang untuk kehidupan yang lebih baik.
Struggle for better life !!!